A. Hubungan Perkembangan Intelektual dengan Pembelajaran
Kemampuan intelektual yang dapat diberikan adalah dasar-dasar keilmuan seperti membaca, menulis, dan berhitung, serta bisa juga diberikan pengetahuan-pengetahuan tentang manusia, hewan, lingkungan alam sekitarnya. Pada masa ini baik sekali dilatih menghafal, seperti berhitung, syair dan konsep-konsep atau istilah-istilah yang berkaitan dengan mata pelajaran.
Untuk mengembangkan daya nalarnya dilatih mengungkapkan pendapat, gagasan, atau penilaiannya terhadap berbagai hal, baik yang dialaminya maupun yang terjadi di lingkungannya. Misalnya, yang berkaitan dengan materi pelajaran, tata tertib sekolah, pergaulan yang baik dengan teman sebaya atau orang lain, masalah kebersihan dan kesehatan, masalah kemacetan lalu lintas, ataupun masalah banjir.
Kemampuan siswa dapat dikembangkan oleh guru dengan memberikan kesempatan kepada mereka memberikan komentar atau pendapatnya tentang materi pelajaran yang dibacanya atau yang telah dijelaskan guru.
Untuk mengembangkan kemampuan intelektual atau kemampuan berpikir siswa guru dapat menerapkan pendapat jones et.al. tentang “core thinking skills” sebagai berikut :
a) Mengasah ketajaman panca indra untuk menerima semua informasi dari luar.
b) Melaksanakan persepsi dan perhatian untuk menampung informasi.
c) Mengevaluasi, melakukan penilaian.
d) Menyimpulkan, menduga, elaburasi (generating).
e) Menginformasi, paraphrase dengan kata-kata sendiri.
f) Mengidentifikasi ciri penting(analyzing).
g) Mengurutkan, membedakan, mengelompokkan.
h) mengingat, dengan strategi antara lain pengulangan, memberi makna, membuat catatan, melakukan asosiasi pengalaman sehari-hari.
B. Hubungan Perkembangan Bahasa dengan Pembelajaran
Dua faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa, yaitu :
a. Proses jadi matang, dengan kata lain anak itu menjadi matang ( organ-organ suara/bicara sudah berfungsi ) untuk berkata-kata.
b. Proses belajar, dapat mempelajari bahasa lain dengan jalan mengimitasi atau meniru ucapan atau kata-kata yang didengarnya.
Kedua proses ini berlangsung sejak masa kanak-kanak, sehingga pada usia sekolah dasar, ia sudah sampai pada tingkat (1.)dapat membuat kalimat yang lebih sempurna, (2.)dapat membuat kalimat majemuk, (3.)dapat menyusun dan mengajukan pertanyaan.
Pemberian pelajaran bahasa di sekolah berguna agar peserta didik dapat menguasai dan mempergunakannya sebagai alat untuk :
a. Berkomunikasi dengan orang lain.
b. Menyatakan isi hatinya ( perasaannya)
C. Hubungan Perkembangan Emosi dengan pembelajaran
Pada usia ini kebayakan anak dalam mengambil tindakan dengan emosi secara kasar, hal ini bisa mereka lakukan dengan teman-teman sebayanya. Hal ini sebenarnya bisa terjadi atau tidak berpengaruh pada lingkungan keluarga. Namun dalam lingkungan sekolah pembelajaran untuk mengatasi keadaan seperti di atas bisa dilakukan bagi seorang guru dengan menciptakan suasana proses belajar mengajar yang menyenangkan atau kondusif.
Suasana belajar mengajar yang kondusif adalah sebagai berikut :
a. Mengembangkan iklim (suasana) kelas yang bebas dari ketegangan.
b. Memperlakukan siswa sebagai siswa yang mempunyai harga diri.
c. Memberikan nilai secara adil dan objektif.
d. Mencipkan kondisi kelas yang tertib, bersih dan sehat.
Emosi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi tingkah laku individu dan belajar siswa. Apabila emosi positif yang ada pada siswa proses belajar akan berjalan baik, misalnya siswa dapat memperhatikan penjelasan dengan baik. Begitu pun sebaliknya.
D. Hubungan Perkembangan Sosial dengan Pembelajaran
Kemampuan berinteraksi seorang anak dengan lingkungan tempat mereka belajar akan membawa kemudahan bagi mereka untuk menerima pelajaran. Misalnya dalam mengerjakan tugas dari sekolah mereka sudah dapat berusaha sendiri-sendiri atau pun dengan membentuk suatu kelompok.
E. Hubungan Perkembangan Kesadaran Beragama dengan Pembelajaran
Kesadaran beragama merupakan hal yang sangat penting ada pada diri anak usia ini, karena bisa sebagai pengontrol mereka dalam menentukan tingkah laku yang baik yang harus mereka lakukan sebagai pegangan dalam menghadapi goncangan yang bisa terjadi pada usia remaja. Kemampuan mereka dalam memilih sikap yang baik itu merupakan awal untuk membiasakan bertingkah laku
yang benar. Dengan demikian mereka akan mudah untuk diterima dalam kelompok belajarnya.
Hal yang dapat dilakukan seorang guru selain memberikan pendidikan materi tentang agama, seorang guru hendaknya dapat menonjolkan sikap-sikap yang baik dan mengusahakan unutk tidak memperlihatkan sikap-sikap kurang baik.
F. Hubungan Perkembangan Fisik (Motorik) dengan pembelajaran
Perkembangan fisik yang normal merupakan salah satu faktor penentu kelancaran proses belajar, baik dalam bidang pengetahuan maupun keterampilan. Perkembangan motorik ini sangat mendasar bagi belajar keterampilan yang sangat menunjang keberhasilan belajar peserta didik. Pada usia sekolah dasar kematangan perkembangan motorik umumnya telah dicapainya, oleh karena itu mereka sudah siap menerima pelajaran keterampilan.
Untuk memfasilitasi perkembangan motorik atau keterampilan ini, maka sekolah perlu menyiapkan guru khusus untuk mengajar olahraga, atau kesenian. Misal sarana prasarananya lapangan untuk fasilitas olahraga dan kesenian.
G. Hasil Observasi
Pada usia ini anak lebih suka bermain, maka kebanyakan waktu mereka abis berkumpul dengan teman sebayanya. Tetapi dengan keadaan demikianlah yang terbaik buat perkembangan tiap individu anak, dengan berkumpul bersama teman-temannya akan menambah pengetahuan melalui pengalaman yang telah dilaluinya melalui permainan.
Di sekolah mereka mengerjakan tugas secara bersama-sama, misalnya pada waktu membersihkan lingkungan sekolah terutama piket kelas, tapi ada juga anak yang merasa dirinya lebih hebat sehingga dia tidak mau ikut menyelesaikan tugas tersebut. Dengan demikian haruslah diarahkan oleh gurunya. Namun hal yang sangat menarik dari anak usia ini kemampuan mereka dalam menghapal dan tapi buruknya kurang dalam memaknai apa yang dihapalnya sehingga kebiasaan pada anak yang sering terjadi cepat hapal cepat lupa, dalam artian materi yang sekarang dipelajari sudah hapal setelah pergantian materi yang sudah dikuasai hilang lagi.
Dengan luasnya pergaulan anak akan lebih aktif, santai dalam menerima pelajaran yang berdampak mudahnya mereka dalam memfokuskan dirinya dengan materi yang diberikan guru. Begitu sebaliknya, kurangnya pergaulan bagi anak akan menimbulkan ketegangan dalam belajar, sehingga dapat menganggu kefokusan mereka dalam mengikuti proses belajar mengajar, ini biasanya berupa perasaan was-was rasa takut salah, takut ditertawakan dan sebagainya.
Mengenai masalah keagamaan mereka masih melihat pada keadaan lingkungan sekitar, yaitu turut-turutan dengan teman sebaya atau karena disuruh oleh orang tuanya. Hal demikian dapat membawa kegiatan dengan cara sholat berjama’ah namun terkadang bukan sholat tapi malah membuat keributan dan mengganggu, atau dalam kegiatan bakti sosial mereka hanya sebagai peramainya saja. Namun pada usia ini ada juga yang mempunyai pemikiran yang jauh lebih baik dari teman-temannya tadi.
Kemampuan berfikir anak usia ini masih sangat minim, namun dari sekian siswa sudah ada yang mempunyai kemampuan yang lebih dari teman-temannya. Sebagai contoh dari masih jauhnya daya nalar mereka pada waktu pemberian soal isian, disini sering dijawab tidak sesuai dengan pertanyaan, bahkan ada jawaban yang tidak ada sama sekali hubungannya dengan pertanyaan pada soal yang diberikan. Sedangkan untuk contoh bagi yang sudah mempunyai kemampuan mereka sudah dapat menjawab pertanyaan sesuai dengan permintaan soal, tapi disini masih dalam bentuk memindahkan dari catatan atau isi dalam buku, dalam artian disini bukan hasil pendapat isi pikirannya.
Anak usia ini dalam penggunaan bahasa masih sangat berpengaruh pada kebiasaan di lingkungannya atau berdasarkan kebiasaan, yang mana bisa dikata-kan masih asal bunyi tidak tahu itu baik atau buruk bila didengar oleh orang lain. Sehingga pernah kita jumpai seorang anak bila marah berbicara kotor walaupun di depan umum ataupun pada waktu mereka kesal terhadap sesuatu, mereka mengeluarkan kata kotor terhadap orang lain baik sesama teman terlebih lagi pada orang dewasa, orang tua dan guru misalnya. Itu menandakan bahwa mereka belum bisa berpikir apa akibat baginya atas setiap ucapannya.
Tapi ada juga bagi anak yang terbiasa dengan keadaan lingkungan sekitar atau dalam lngkungan keluarga yang anak-anak terdidik katakanlah, hal tersebut tidak akan terjadi karena mereka tidak pernah melihat dan mendengar kata-kata itu ataupun dia sudah mampu berpikir bahwa kata-kata kotor akan berakibat buruk bagi dirinya, misalnya akan ditamparkan oleh orang tua atau guru mereka atau bagi mereka yang sudah mengenal agama itu adalah perbuatan dosa. Oleh karena itu nilai agama untuk anak usia ini sangatlah penting sekali sebagai bekal penjaga diri mereka dalam menghadapi masa remaja yang banyak sekali goncangan.
Keadaan fisik pada dasarnya memang sangat menentukan kesempurnaan dalam belajar. Namun bagi yang keadaan fisiknya mengalami kekurangan sudah menjadi hukum alam bahwa terdapat kelebihan, misalnya seorang anak cacat tangan kanannya bukan tidak mungkin dia tidak bisa menulis dan jangan heran pada kenyataannya tulisan tersebut lebih bagus dibandingkan dengan teman-remannya normal fisiknya. Hal ini pernah kita lihat ada anak yang menulis tangan kiri sedang tangan kanannya cacat.
Dalam kegiatan proses belajar mengajar keadaan fisik yang normallah yang sangat diharapkan untuk memungkinkan dapat mencapai keefektipan dan keefisienan tujuan belajar.